SEBELAS KARAKTER IBAADUR RAHMAAN

Gambar
SEBELAS KARAKTER IBAADUR RAHMAAN (QS. AL FURQON AYAT 63-77) =========== 🌷 *PENDAHULUAN* Allah menceritakan sosok hamba-hamba teladan kepada kita untuk kita tiru kebaikan mereka, agar kita mendapatkan pahala dan kedudukan yang sama dengan mereka. Allah berfirman : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.” Mereka itulah yang dikenal dengan IBAADUR RAHMAN (Hamba-Hambanya Allah Yang Maha Pengasih). Allah menyebutkan SEBELAS KARAKTER/ CIRI mereka dengan rinci di dalam Al-Qur’an (QS. Al-Furqan : 63-77). 1️⃣ CIRI PERTAMA: *Rendah hati dan menyikapi kebodohan orang dengan cara yang baik* وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا Allah berfirman (yang artinya), “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha

Kisah Taubat Orang yang Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah-


Mufti pertama Kerajaan Arab Saudi yang bernama Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (wafat 1389 H) rahimahullah mengatakan:
“Aku sekarang akan menyebutkan sebuah kisah tentang Abdurrahman al-Bakri, salah seorang penduduk Najd.
Pada mulanya ia adalah seorang thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu) yang belajar pada pamannya, yaitu Syaikh Abdullah bin Abdullathif Alu Syaikh dan para Syaikh yang lain. Kemudian beliau ingin membuka madrasah di Aman.
Di sana beliau mengajarkan Tauhid dari biaya sendiri. Apabila harta yang dimilikinya telah habis, maka beliau mengambil barang dagangan dari seseorang dan pergi ke India. Terkadang beliau menghabiskan waktu selama setengah tahun di India.
Syaikh al-Bakri mengatakan :
“Aku pernah berada di sisi sebuah masjid di India. Di sana terdapat seorang guru, yang mana apabila seusai mengajar mereka melaknat Ibnu Abdul Wahhab, yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Apabila keluar masjid beliau melewatiku. Dan ia mengatakan:
“Aku bisa berbahasa arab, akan tetapi aku ingin mendengarnya dari Orang Arab.” Lalu iapun minum air dingin di tempatku.
Aku merasa sedih dengan apa yang telah dia lakukan dalam ceramahnya. Lalu aku berbuat siasat dengan mengundangnya (ke tempatku) dan aku mengambil kitab at-Tauhid, aku cabut sampulnya dan aku letakkan di rak dalam rumahku sebelum dia datang.
Ketika dia telah hadir, aku berkata kepadanya : “Apakah anda mengizinkan aku untuk membawakan semangka (ke sini) ?”. Lalu akupun pergi.
Ketika aku kembali ternyata dia sedang membaca buku tersebut dan menggerak-gerakkan kepalanya.
Ia berkata : “Karya siapakah kitab ini? Judul-judulnya mirip dengan judul-judul kitab al-Bukhari, ini demi Allah judul-judul al-Bukhari.”
Aku menjawab : “Aku tidak tahu!”. Lalu aku katakan kepadanya: “Bagaimana  sekiranya kita pergi ke Syaikh al-Ghazawi untuk menanyakan masalah ini,” yang mana beliau adalah seorang pemilik perpustakaan, dan beliau telah memiliki bantahan terhadap kitab Jami’ al Bayan.
Lalu kami pun masuk kepada beliau dan aku berkata kepada al-Ghazawi: “Aku memiliki beberapa lembaran. Syaikh ini menanyakan kepadaku siapakah yang menulis kitab ini ? akupun tidak tahu.”
Al-Ghazawi paham dengan keinginanku. Lalu beliau memerintahkan seseorang untuk mendatangkan kitab Majmu’ah at-Tauhid (kumpulan kitab tauhid), lalu dibawakan kepada beliau, kemudian mencocokkan antara keduanya, lalu beliau mengatakan : “Ini adalah karya Muhammad bin Abdul Wahhab.”
Orang Alim dari India tadi marah dan mengatakan dengan suara yang tinggi:  Orang Kafir itu….!!!!!!”
Kamipun diam, diapun lalu diam sejenak. Sesaat kemudian kemarahannya mereda dan iapun beristirja’ (mengucapkan innalillah wa inna ilaihi raaji’un).
Ia berkata: “apabila kitab ini adalah karya beliau, maka sungguh kami telah menzhaliminya”.
Kemudian beliaupun setiap hari mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan murid-muridnya pun juga mendoakan bersamanya.
Lalu tersebarlah murid-muridnya di India. Apabila mereka selesai membaca, mereka semuanya mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.”

Sumber : [Fatawa wa Rasa'il asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh 1/75-76, sebagaimana dalam kitab 'Inayah al-'Ulama bi Kitab at-Tauhid, Hal.44, karya Abdul Ilah bin Utsman asy-Syayi', Dar Thaibah. Cet.1, 1422 H, Riyadh]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SYARH HADITS ALLAH PUN CEMBURU

Tabir Pembatas di Dalam Masjid